Panas, Pedas, dan Puas di Sambal Bakar Bontang Muntilan
Tidak biasanya eksplorasi kuliner saya dipengaruhi oleh akun-akun selebfood di Instagram. Untuk mencicipi hal baru, saya memberanikan diri menyambangi kedai atau warung yang telah diulas oleh orang lain sebelumnnya. Biasanya ulasan di Google Maps jauh lebih jujur ketimbang Instagram, karena makanan yang diposting oleh para selebfood umumnya adalah konten bersponsor. Maka untuk kali ini, saya mencoba mengunjungi salah satu kuliner yang belum pernah saya coba sama sekali: sambal gami, yang dipromosikan akun kuliner nomor wahid di Magelang.
Berlokasi satu atap dengan Sei Sapi Kana Muntilan, sambal gami di Magelang ini disajikan oleh warung bernama Sambal Bakar Bontang. Pertama kali saya datang ke lokasi, tenda booth Sambal Bakar Bontang tampak kosong. Saya coba tanyakan ke pelayan di Sei Sapi Kana, rupanya mereka satu atap. Pantas saja kok tidak ada jejeran bangku di samping booth.
Saya mendatangi restoran ini pukul 5 sore |
Baru tiba, pelayan mengantarkan buku dua buku menu: sei sapi dan sambal bakar, "Yang ini aja mas." Sepertinya rada lucu sih, ada dua tempat usaha dalam satu atap restoran. Namun unit usaha dengan model ini sudah umum di kota-kota besar. Daripada bayar biaya sewa untuk satu usaha, mengapa tidak patungan aja. Selesai memesan, saya memilih bayar di awal saja.
Harga menu di Sambal Bakar Bontang ini masih masuk dalam kocek saya. Semenjak memutuskan tidak merantau, bujet makan dan ngekos dialihkan untuk wisata kuliner berkedok self reward memang. Jadi walau misal sesekali makan dengan porsi di atas 25 ribu, masih terhitung irit karena diambil dari anggaran lain. Berhubung tempat makan ini masuk dalam kategori restoran, maka dikenakan PPN 10% untuk setiap transaksi pembeliannya.😅
Daftar menu Sambal Bakar Bontang |
Dari segi lokasi, karena satu atap dengan Sei Sapi Kana, sangat nyaman makan di sini. Tempat duduk empuk, tersedia wastafel, wifi (kata sandi: halokakanona), meja dengan ukuran 2 orang, dan kursi untuk berkelompok. Sayangnya meja yang dipilih tidak memiliki kaki-kaki yang rata sehingga goyang-goyang.
Dilihat dari eksterior dan interior bangunan, sebenarnya Sei Sapi Kana Muntilan ini lebih cocok dijadikan sebagai kedai kopi, tempat nongkrong untuk berlama-lama. Namun lokasinya di Muntilan yang notabene kota kecamatan biasa, tentu tidak dapat menjangkau pasar kelas menengah atas dengan budaya nongkrong. 🤔
Kurang lebih 10 menit penyajian menu pesanan saya di dapur. Awalnya saya berencana untuk merekam video dari dapur, karena tentu saja dapur adalah area tertutup bagi pengunjung, saya pun urung.
"Hati-hati mas, panas," tegas pelayan kalau lauk-pauk yang tersaji di atas piring gerabah ini sangat panas. Ya saya sudah paham sih kenapa baki kayu dipilih sebagai alasnya.
Lauk-pauk disajikan secara cantik. Ikan nila pesanan saya ukurannya besar, worth it untuk harga paket 20 ribu. Selain ikan, disajikan pula tahu, tempe, dan terong serta lalapan. Sambal gami merah dibalurkan di atas dan di bawah lauk pesanan saya. Di bawah lauk-lauk ini pun masih ada minyak dari penumisan sambal yang masih mendidih. Uap panas pun mengepul, membumbung tinggi dengan aroma khas sambal yang ditumis. 🥰
***
Makan sore saya berselera. Sambal Bakar Bontang meski baru buka cabang di Muntilan, rasa masakannya nikmat tiada tara. Ikan nila yang saya pesan sangat empuk dengan daging yang berisi. Bahkan sangat mudah bagi saya untuk memisahkan duri dari dagingnya hanya dengan sendok dan garpu. Sambal yang disertakan dalam piring pun tidak tanggung-tanggung. Karena dalam pemasakan lauk sambal ditumis terlebih dahulu, maka sambal banyak berada di bawah lauk. 🤤
Difoto menggunakan kamera bawaan Vivo X50 Pro, interior restoran ini bahkan nyaman untuk nugas |
Difoto menggunakan Google Cam, beginilah seporsi paket nila, yang nikmatnya tiada tara |
Di awal-awal makan, saya gunakan sendok dan garpu. Ketika nasi sudah habis dan piring gerabah sudah dingin, waktunya pakai tangan! Sisa-sisa daging yang menempel pada duri saya sisihkan. Penempatan sambal di bawah lauk jadi terasa tepat karena jadi ajang penghabisan. Tentu saja saya habiskan makanan saya sebersih mungkin. Lalu menumpuk piring-piring menjadi satu supaya memudahkan pelayan untuk membawanya kembali ke dapur. Menghabiskan makanan adalah cara saya mensyukuri nikmat Tuhan untuk tetap bisa makan sekaligus menghargai orang yang memasak untuk saya. #TumpukDiTengah 😙
Jelang petang, jumlah pengunjung meningkat, pesanan daring pun berdatangan |
Makan selesai. Piring gerabah yang awalnya berminyak jadi benar-benar kering. Panas permukaan piring mungkin membuat minyak menguap habis. Satu per satu pengunjung lain datang. Umumnya menggunakan mobil dan datang berombongan. Moga saja kedai ini bisa seramai warung makan di sebelah. 😇
Posting Komentar