Sepeda-sepeda tinggi itu bertengger santai di baliho yang terisi iklan partai. Sudah ada tiga orang, dua menyapa setiap orang yang mungkin akan berpartisipasi pada gerakan, satu sisanya merekam aksi giat dari awal hingga akhir nanti. Orang keempat, Masmin, sengaja tiba lebih awal supaya bisa melakukan assesment terhadap calon sampah yang akan digaruk.
Pra-Giat
Setiap kali dilaksanakan giat Garuk Sampah, biasanya Masmin atau Kopyordinator melakukan pendataan sampah terlebih dahulu. Dengan cara ini, kami menyisir, membidik, dan mendokumentasikan sisi jalan, tiang, serta tembok yang akan dibersihkan. Opsi ini dilakukan supaya sewaktu melakukan
briefing relawan, Kopyordinator dapat mengakomodir dan mengarahkan para relawan supaya kegiatan membersihkan persimpangan lebih efektif dan efisien. Biasanya dari total relawan yang hadir pada satu hari akan dibagi ke dalam dua kelompok. Karena persimpangan umumnya terdiri dari dua atau tiga jalan, maka kedua kelompok akan menyisir arah berlawanan: timur - utara, dan selatan - barat.
 |
Poster yang dipasang menyalahi aturan di panel kendali listrik |
 |
Sampah visual memenuhi tembok bangunan, didominasi poster even mahasiswa Universitas Gadjah Mada |
Usai melakukan
assesment awal, Kopyordinator akan menyambut para relawan dan kawan Garuk Sampah yang hadir. Biasanya Bekti membawa pembicaraan dengan topik-topik yang dapat dicerna berbagai kalangan supaya dapat mencairkan suasana. Setelah relawan banyak berkumpul—biasanya kami menunggu hingga minimal 10 orang,
briefing dimulai. Bekti membuka dengan salam, menjelaskan singkat apa dan kenapa ada Garuk Sampah. Sembari memberikan arahan sasaran pembersihan yang telah dibidik, alat-alat giat seperti
scrapper dan tang dikeluarkan lalu diedarkan pada para relawan. Sesi
briefing biasanya ditutup dengan yel-yel, "Jogja Bersih?!" yang kemudian dijawab kawan Garuk Sampah dengan "Wujudkan!"
 |
Bekti menyambut kedatangan para relawan |
 |
Relawan berkumpul di ruang pedestrian yang seadanya |
 |
Briefing ditutup dengan yel-yel harapan |
 |
Alat-alat yang digunakan dalam setiap giat Garuk Sampah |
Giat Berlangsung
Giat pun dimulai. Pada sesi ini, relawan umumnya akan memfokuskan dirinya kepada tiga area untuk dibersihkan:
Area pertama adalah
ruang milik jalan (rumija). Meskipun umum dalam masyarakat untuk menyapu halaman, pekarangan, dan jalan sekitar setiap pagi dan sore hari, beberapa sampah tetap ditemui di area rumija. Sampah-sampah ini biasanya berwujud botol minuman, plastik bekas jajanan kaki lima, gelas plastik, hingga kemasan makanan ringan.
 |
Salah satu fokus pembersihan adalah tiang-tiang jalan |
Area kedua sedikit membutuhkan usaha:
tiang pancang dan lampu APILL. Ada banyak sekali tiang menancap di ruang jalan Jogjakarta. Tiang-tiang tersebut mulai dari tiang listrik, jaringan serat optik, jaringan telepon, hingga jaringan lampu penerang jalan tidak terbebas dari tempelan
flyer dan poster acara, iklan dukun penggugur kehamilan, hingga spanduk
roundtag yang diikat kuat menggunakan kawat.
 |
Relawan membersihkan pelanggaran yang umum dilakukan mahasiswa perguruan tinggi |
Terakhir, adalah
tembok. Umumnya tembok yang ditempeli poster adalah dinding bangunan yang polos atau lama tidak digunakan. Dinding ini pun kerap ditempeli poster oleh para mahasiswa hingga saling menumpuk tebal hingga bertahun-tahun lamanya. Alhasil, kebiasaan membuat sampah visual ditiru, tak hanya oleh pelajar berpendidikan tinggi (baca: mahasiswa), melainkan pelajar dengan tingkat pendidikan di bawahnya.
 |
Relawan memanfaatkan sepeda untuk menjangkau tempelan yang terpasang tinggi |
Peranan di Garuk Sampah
Dalam setiap giat, setidaknya ada lima peran yang dapat dilakukan:
Pertama, pembersih. Setiap relawan umum membersihkan rumija dan tembok. Pembersih akan dibekali menggunakan
scrapper dan sarung tangan untuk membersihkan tempelan dan memungut sampah-sampah yang berserakan.
 |
Kopyordinator Bekti Maulana ahli dalam memanjat tiang tinggi |
Kedua, pemanjat. Kopyordinator lihai untuk urusan ini. Tiang-tiang jalan dipanjat untuk memutus tali kawat pengikat menggunakan tang, kemudian spanduk diturunkan dan dipisahkan dari bambu pembentang. Akan tetapi, untuk alasan keamanan seperti bahaya sengatan arus listrik apalagi sehabis hujan, ada beberapa spanduk
roundtag yang dipasang tinggi tidak diamankan oleh relawan. Kami memutuskan untuk merobek spanduk dengan linggis/kapak supaya merusak fungsi dasar alat promosi tersebut.
 |
Penyemprot harus siap sedia setiap kali dibutuhkan untuk isi ulang |
Ketiga, penyemprot. Supaya mudah dibersihkan, beberapa poster harus dilunakkan bahannya. Inilah mengapa semprotan penting untuk dibawa pada setiap giat. Penyemprot bertugas membasahi tempelan yang terpasang di tiang-tiang. Untuk poster dengan bahan HVS biasa, sangat mudah dibersihkan. Namun tempelan dengan bahan kertas poster kadang cukup sukar, apalagi kalau stiker yang notabene berbahan plastik licin.
 |
Spanduk, bahkan baliho tidak luput dari sasaran giat |
Keempat, pembawa sampah. Meski terdengan sepele, pembawa sampah adalah tugas yang cukup berat. Pembawa sampah bertugas untuk berkeliling menerima umpan sampah dari relawan. Satu kantong sampah apabila terisi penuh bisa memiliki massa seberat 5-8 kilogram, tergantung kepadatan sampah. Pada giat ke-255 di Simpang UKDW, bobot satu kantong sampah mencapai 19 kilogram.
 |
Menumpuknya sampah visual di Kota Jogjakarta merupakan bentuk ketidakbecusan kinerja Pemkot Yogyakarta |
Kelima, pelipat spanduk. Setiap spanduk yang digaruk akan diamankan di gudang milik kawan Garuk Sampah. Spanduk-spanduk ini sengaja kami kumpulkan untuk menyemarakkan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada 21 Februari. Kami klasifikasikan spanduk berdasarkan bahan dan ukuran. Terkadang spanduk juga dikategorikan berdasarkan siapa pihak pengiklan.
Bagaimana? Tertarik untuk bergabung pada aksi giat rutin kami setiap Rabu malam? Untuk giat ke-256 akan dilaksanakan di Simpang SPBU Tamansiswa pada Rabu (19/2) esok. Calon relawan cukup datang membawa diri, alat-alat sudah kami disediakan. 😉
Posting Komentar