Blog ini sedang dalam masa pemeliharaan.

Pacuan Adrenalin Para Joki Cilik dan Relief Pegunungan Karang Timor Tengah Utara

Oleh Valentina Nita

Mengenal Nusa Tenggara Timur dari unggahan media sosial didominasi dengan visual seputar pegunungan, sabana yang terhampar luas serta asrinya rumah lopo. Foto-foto tersebut saya jadikan referensi ketika rencana perjalanan saya ke Nusa Tenggara Timur mendekati hari H. Saya membayangkan akan mendapatkan banyak stok visual-visual menarik yang nantinya saya gunakan untuk menghiasi media sosial.

Namun, segala referensi yang telah saya kumpulkan ternyata bukan menjadi tujuan perjalanan saya. Tujuan wisata kenamaan di Nusa Tenggara Timur tersebar di Pulau Flores, Pulau Komodo dan Pulau Sumba. Sedangkan tujuan perjalanan saya adalah menuju Pulau Timor, beranda paling selatan dari kepulauan di Indonesia. Jika ingin mengunjungi sekitar pulau Timor, harus menggunakan pesawat kecil dengan biaya sama dengan perjalanan dari Yogyakarta ke Bali.

Saya tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi dengan perjalanan ini, karena sejak awal direncanakan perjalanan ini bukanlah perjalanan wisata. Minimal saya merasakan pertemuan budaya yang berbeda dengan budaya saya sehari-hari, setidaknya hal itu dapat memenuhi kebutuhan wisata saya.

Akhirnya sampailah saya di Timor Tengah Utara, menempuh perjalanan darat selama 6 jam dari Kota Kupang dengan medan jalan pegunungan berkelok. Sejauh mata memandang, Pulau Timor didominasi oleh pegunungan karang. Akhirnya saya mengamini Pulau Timor adalah pulau karang terbesar di Indonesia setelah melihat langsung. Relief pegunungan karang yang dilatarbelakangi oleh langit yang berwarna biru bersih membuat ciri khas tersendiri bagi alam NTT. Tak lupa, saya menikmati panorama alam dalam perjalanan ini sambil menyetel lagu-lagu pengiring dansa NTT. Lengkap sudah NTT vibes!

Sangat beruntung, kedatangan saya di masyarakat yang membudayakan cium hidung ini bersamaan dengan momen lomba pacuan kuda tahunan. Pacuan kuda adalah hiburan yang sangat memasyarakat di daerah NTT. Beberapa jenis kuda terbaik di Indonesia juga terdapat di NTT seperti kuda sandelwood, kuda timor, kuda flores dan kuda rote. Tahun ini dinas pariwisata juga tengah mengadakan festival kuda dan tenun ikat di Sumbawa. Agaknya budaya pacuan kuda akan menjadi salah satu ikon wisata di NTT.

Lomba pacuan kuda di kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) di arena KM 9 Kefamenanu diikuti oleh kuda dari berbagai daerah. Kuda yang dilombakan dibagi-bagi dalam kelas, tergantung ukurannya. Masyarakat TTU sangat antusias untuk menonton perlombaan ini meski dilakukan pada hari kerja. Pacuan kuda menjadi hiburan masyarakat, ajang eksistensi bagi para pemilik kuda dan tempat menguji peruntungan dengan perjudian. Kuda yang dinyatakan juara dapat semakin mendongkrak harga jualnya, sekaligus menjadi bukti keberhasilan dalam melatih kuda.

Para penunggang kuda atau joki dalam pacuan ini adalah anak-anak. Mereka menunggang kuda tanpa pengaman, tanpa beralaskan pelana. Meski berbadan kecil, mereka dengan lincah menunggang kuda dan terus melecutnya agar berlari semakin kencang ke garis finish. Cidera adalah risiko utama, bahkan selama saya menonton pertandingan ini ada beberapa joki yang terjatuh hingga mobil ambulans harus masuk ke dalam arena. Namun menjadi joki cilik adalah sebuah tantangan prestisius bagi mereka. Sebenarnya bayarannyapun tidak seberapa dibandingkan dengan risikonya, rasa bangga dapat menantang adrenalin serta mengantarkan kuda ke garis finish menjadi nilai yang lebih berharga.

Ini adalah pacuan kuda pertama yang saya tonton secara langsung, dari jarak yang sangat dekat. Para penonton bebas memilih untuk menonton dari arah manapun. Namun disayangkan, para penonton sulit diatur masalah menempatkan diri. Banyak dari penonton yang mendekat dengan garis finish sehingga mengganggu psikologis kuda, bahkan ada pula penonton yang menjadi korban tertabrak kuda. Saya pun ikut tenggelam dalam riuhnya para penonton saat kuda menuju garis finish serta ikut menengok, mendapati para joki yang terjatuh.

Menuju garis finis

Masih tentang pacuan kuda, ternyata Kabupaten TTU memiliki arena pacuan kuda yang konon paling indah di Indonesia. Arena tersebut terletak di Tanjung Bastian, sekitar 2 jam perjalanan dari Kefamenanu, ibukota TTU. Tanjung Bastian adalah arena pacuan kuda di tepi pantai, dengan pantulan air laut yang berwarna biru cerah, dilatarbelakangi oleh pegunungan karang yang megah. Sayangnya ketika saya berkunjung, sedang tidak diadakan lomba pacuan kuda di tempat ini.

Di sekitar Tanjung Bastian terdapat Pantai Wini, pantai yang berbatasan langsung dengan pegunungan karang. Kedatangan saya di pantai ini bertepatan dengan golden sunset, yang lantas tergantikan dengan datangnya bulan purnama. Sayup-sayup terlihat di sebarang adalah Pulau Alor. Senja di Pantai Wini sangat tidak membosankan, melihat gunung dan laut sekaligus, menyatukan dua keindahan sekaligus.

Meski tidak menjumpai visual khas NTT seperti di media sosial, saya sangat kagum dengan panorama pegunungan karang Pulau Timor, pantai yang antik serta sengitnya derap kaki kuda di arena pacuan kuda. Semoga selanjutnya Pulau Timor mampu dilirik untuk perhelatan festival pacuan kuda selanjutnya.

Cuma seorang pejalan yang gemar memaknai hubungan sosial.

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.