Pempek Laris Mandala Krida, Rekomendasi Kawan yang Oke Juga
![]() |
Makan siang kali ini digantikan dengan pempek. Pempek bagi sebagian besar orang hanya kudapan sampingan alias bukan makanan pokok, begitu juga buat saya. Namun setelah paham mengenai efek samping konsumsi gula berlebih dari sebuah film dokumenter, saya mencoba memotong asupan karbo terutama nasi putih dan mengatur kadar glukosa dalam tubuh saya. Meski sedikit sulit mengatur pola makan, saya akan coba terus beradaptasi beberapa saat.
Lalu, sepiring pempek tersaji di hadapan.
Saya tahu Pempek Laris ini dari rekomendasi banyak orang. Memang di Jogja sendiri tidak tersedia banyak pilihan untuk santap pempek. Paling mentok rekomendasi orang-orang ya Ulu Bundar atau Nyonya Kamto.
![]() |
Hanya ada tiga meja dan dua tikar untuk pengunjung |
![]() |
Papan bubur ayam belum sempat dibalik oleh empunya warung |
Kali ini saya memesan pempek telur dan kapal selam. Begitu tiba, ukuran pempek relatif standar. Pempek digoreng dengan garing dan tidak berminyak. Kuah cuko dan irisan mentimun sayangnya kurang banyak bagi saya. Okelah, mari kita siram pempek ini sendok demi sendok. Garpu menancap mantap di setiap belahan potongan. Satu dua suapan, pempek benar-benar terasa renyah. Isian telur pun masih terasa di lidah. 'Daging' pempek tidak tidak terlalu keras dan terasa gurih. Gigi-gigi besar saya mudah memotong dan melumatnya. Rekomendasi orang rupanya oke juga. Kuah cukonya pun tidak cukup pedas dan asam, cocok buat saya yang memang belum sarapan dan punya sedikit masalah dengan asam lambung.
![]() |
Pempek telur dan kapal selam di kedai Pempek Laris Mandala Krida |
Jadi apakah saya juga akan ikut merekomendasikan tempat ini? Tentu saja, karena pada akhirnya tulisan ini tayang di blog ini. Namun selera kembali lagi pada pribadi masing-masing.
Posting Komentar