#WTFVersus: Soto Batok Pitek Jowo vs. Soto Batok Mbah Katro, Mending yang Mana?

Meski punya keunggulan masing-masing, tetap bisa dinilai dong.

Hampir tewas karena bersepeda menanjak, dan tenaga yang surut habis, kami memutuskan berhenti melanjutkan etape 15. Tentu saja sekarang waktunya kembali mengisi tenaga. Sebuah kedai soto sederhana disarankan kawan saya Rokhim, terletak tak jauh dari lintasan bersepeda kali ini.

Namanya Soto Batok Pitek Jowo. Warung dengan pemandangan pematang sawah ini terletak di Jln. Berbah. Berhubung hari Jumat Paskah (2/4) ini banyak pesepeda gowes pagi, area parkir warung soto ini penuh oleh sepeda. Bagi pesepeda, sehabis gowes paling nikmat memang menyantap soto. Apalagi kalau sotonya disajikan dengan perasan jeruk nipis, sensasi asam segar menyeruak, mengusir dahaga.

Begitu tiba, kami memarkirkan sepeda di ujung parkiran. Pemesanan dilakukan di kasir yang menyatu dengan dapur. Terlihat para kru warung sibuk meracik soto di dapur. Batok demi batok yang sudah dicuci dilap lalu ditata. Nasi, suwir ayam, bihun, tauge, irisan daun bawang, disusun rapih di mangkuk. Tampaknya para kru dapur sudah lihai menata makanan. "Duduk dulu aja mas, nanti diantar. Bayarnya belakangan," jawab mbak-mbak kasir.

Beranda warung Soto Bathok Pitek Jowo ikonik dengan dua sepeda kota di atasnya

Area parkir penuh dengan pesepeda

Seperti dugaan saya, karena Berbah merupakan area sepedaan populer di Jogja, tempat ini penuh. Saya dan Habib menunggu 5 - 10 menitan sampai ada yang mengakhiri makanan mereka. Ada bangku kosong, segera kami sergap. Mas-mas pramusaji pun mengambil piring kotor pelanggan sebelumnya, "Mas gorengannya diisi lagi ya."

***

Soto batok di sini tentu saja mirip dengan Soto Bathok Mbah Katro yang terkenal di area Candi Sambisari Kalasan itu. Namun bagi Rokhim, soto di Pitek Jowo lebih nikmat. Tentu saja ini subjektif karena tergantung preferensi selara masing-masing. Bagaimana dengan penilaian saya?

Makanan yang saya pesan di Soto Bathok Pitek Jowo Berbah

Berbeda dengan Mbah Katro, Soto Bathok Pitek Jowo menghadirkan gorengan dengan tepung

Hal yang berbeda dari kedua warung soto ini ialah digunakannya bawang putih goreng pada soto Mbah Katro. Bagi saya, rasa bawang goreng ini menjadi berpengaruh pada rasa kuah. Meski hanya ada satu komponen pembeda, bisa membuat rasa berubah signifikan. Saya sendiri memang kurang suka bawang putih goreng sehingga kadang lidah merasa aneh sehabis mengunyah potongan bawang itu. Untuk isian yang lain, masih sama tergantung pesanan: cacahan daging sapi/suwiran ayam,  tauge, bihun, potongan daun bawang, bawang merah goreng, jeruk nipis (opsional), dan tentu nasi. Oh ya, Pitek Jowo menggunakan satu irisan tomat di setiap porsinya, dan saya tidak suka buah tomat.

Hidangan di Soto Bathok Mbah Katro Kalasan

Secara porsi, Soto Bathok Mbah Katro cukup dominan kuah ketimbang isian sotonya

Untuk lauk pelengkap, secara umum keduanya sama, namun Pitek Jowo lebih beragam. Lauk pelengkap yang ada di warung Mbah Katro saja yakni tempe goreng kering(tanpa tepung), sate usus, peyek, dan lempeng. Sedang lauk yang sama-sama ada di kedua warung ada telur puyuh dan kerupuk putih. Di Pitek Jowo, ada sate ati ampela, beraneka macam gorengan bertepung, hingga sup buah bathok. Lauk pelengkap di kedua warung sama-sama nikmat dan cocok buat mengenyangkan perut. 

Untuk harga, keduanya mematok harga menu yang sama dan masih standar UMR Jogja. Seporsi soto bathok dihargai Rp. 6.000,- dengan minuman seharga Rp. 2.500,-. Harga gorengan masih di angka Rp. 1.000,-. Dijamin makan traktiran di kedua warung ini tidak menguras isi dompet.

Harga menu di kedua warung relatif sama

Lalu, lebih memilih yang mana? Karena kedua warung terletak di kecamatan berbeda dalam kabupaten yang sama, tentu keduanya akan tetap jadi referensi tempat makan bila menyambangi kawasan sekitar. Warung Soto Bathok Mbah Katro terletak di dekat Candi Sambisari, menghadap perkebunan, dengan tempat terbuka serta luas. Soto Bathok Pitek Jowo juga menghadap persawahan serta sirkulasi udaranya baik, hanya saja tempatnya lebih sempit. Secara makanan, keduanya sama-sama enak. Namun porsi soto di Pitek Jowo lebih besar dan mengenyangkan. Di Mbah Katro, biasanya saya pesan soto bathok hingga 2-3 porsi sedang di Pitek Jowo satu porsi saja. Masing-masing warung punya keunggulan tersendiri.

Pulang menuju kota melalui Jln. Berbah