 |
Pembersihan di persimpangan timur laut Fakultas Teknik UNY |
 |
Pepe Hidayat, salah satu relawan garuksampah yang ahli dalam urusan panjat-memanjat |
Langit semakin gelap padahal baru pukul 4 sore, namun lalu lintas di Simpang Flamboyan tetap saja ramai. Orang-orang berlalu lalang dari segala arah, ada yang baru pulang kerja, ada pula yang akan menggelar dagangan malamnya. Semua sibuk bertahan mencari penghidupan di tengah pandemi yang tak berkesudahan. Dua orang relawan sudah berada di tempat begitu Masmin sibuk membawa cone dan mencari baterai untuk tongkat cahaya oranye ini. Tiga puluh menit kemudian, Kopyordinator bersama dua kawan Garuk Sampah tiba di lokasi.
Simpang Flamboyan hanyalah satu dari banyak persimpangan yang bersisian dengan Selokan Mataram. Simpang ini identik ditandai dengan patung semar di tengah jalan. Selama pandemi, ada seseorang yang memasangkan masker pada patung ini. Sama seperti wilayah lainnya di Sleman, daerah ini penuh dengan sampah iklan.
 |
Relawan baru tentu membutuhkan adaptasi lingkungan, khususnya sosial |
 |
Tangga dipasang dengan hati-hati |
 |
Bahu-membahu membersihkan spanduk dari tiang |
 |
Para relawan garuksampah beristirahat sembari menanti petang |
***
Tangga terpasang. Rupanya ada tiga relawan baru yang ikut dalam giat kali ini. Memang peraturan kepesertaan giat Garuk Sampah untuk Sleman relatif lebih longgar karena ada perbedaan regulasi di wilayah ini. Asal mematuhi protokol kesehatan, siapa saja bisa ikut. "Ada sebelas relawan total. Untuk yang lain bisa menyisir sisi barat untuk mengambil roundtag," ujar Suparlan, salah satu relawan. Mungkin Ia akan cukup sibuk kali ini karena ikatan tali tambang sangat banyak dan tumpang tindih dengan kabel jaringan.
Tiga relawan baru bersama kawan Garuk Sampah lain menyisir ke arah barat. Banyak sekali
roundtag mereka dapatkan terikat pada papan iklan
lightbox vertikal yang tersusun di pinggir sekolan. Ada pula yang diikat begitu saja pada tiang jaringan, bahkan diikat pada pohon kecil. Untuk beberapa
roundtag yang terpasang dan terikat tinggi, para relawan tidak dapat menggapainya, dan tentu menunggu relawan yang ahli panjat selesai dengan ikatan tali untuk membersihkannya.
Kembali ke lokasi utama giat, jelang maghrib, pembersihan tiang baru masuk setengahnya. Giat rehat sejenak. Karena kegiatan Garuk Sampah berbasis sukarela dan tidak ada paksaan untuk mengikutinya, relawan boleh meninggalkan lokasi meski giat masih berlangsung. Rehat berlangsung setengah jam. Salah seorang pedagang cireng memberikan sebagian dagangannya untuk camilan para relawan.
 |
Pada masa pandemi, banyak sekali baliho kosong |
 |
Total tali tambang yang dibersihkan |
 |
Spanduk-spanduk yang dibersihkan relawan |
 |
Garuk Sampah alami keterbatasan alat, ada yang mau berdonasi? |
Giat berlanjut. Kali ini
cone dan
light stick benar-benar berguna. Para pengendara sedikit memelankan kendaraan mereka begitu dekat dengan tiang yang dibersihkan. Pembersihan di malam hari membutuhkan dua relawan yang menyorotkan senter ke arah tiang. Meskipun dua relawan: Arip dan Pepe sudah menggunakan
headlamp di kepala mereka.
Pukul 20:15, pembersihan selesai. Tim panjat turun lalu beristirahat, relawan lain bergegas memunguti sampah tali tambang untuk kemudian dibawa ke gudang Garuk Sampah. Total dua karung penuh tali tambang terkumpul dengan perkiraan berat mencapai 60 kilogram mengikuti kapasitas karung. Sebanyak 10 spanduk diamankan. Kegiatan diikuti oleh 11 relawan.