 |
Pembersihan tiang PJU di Sagan, Caturtunggal, Sleman |
Giat ke-265 tetap menyasar tiang-tiang PJU yang terikat oleh tali-tali spanduk. Kali ini perbatasan Kota Jogja dengan Kabupaten Sleman di Jln. Prof. Yohannes yang menjadi sasaran. Ada dua tiang PJU tak jauh dari gapura perbatasan yang terikat tebal oleh tali spanduk. Tiang di sisi timur jalan bahkan tebalnya sama dengan tiang yang dibersihkan di Jln. AM Sangaji. Melalui jaringan komunikasi relawan, Kopyordinator Bekti Maulana mengonfirmasi rencana pembersihan dengan menyertakan foto jepretan layar Google Street View. Ya, aturan untuk tetap #dirumahaja membuat pelaksanaan patroli dilakukan secara virtual.
 |
Laporan patroli Kopyordinator di grup jarkom relawan |
Google memang setiap tahun memperbarui citra jalanan mereka. Biasanya akan ada mobil SUV dengan kamera 360 derajat di atapnya. Mobil ini berkelana mengelilingi jalanan sehingga mampu menangkap foto-foto 360 derajat untuk setiap jarak tertentu. Meski citranya diperbarui setahun sekali, tampaknya untuk masalah #sampahiklan di Kota Jogja masih relevan untuk dipantau melalui aplikasi ini. Supaya pembersihan efektif dan tidak salah sasaran, rupanya Kopyordinator tetap memverifikasi lokasi giat beberapa jam sebelumnya.
***
Hari (6/5) berganti malam. Wabah kembali membuat jalanan kota terlihat temaram. Meningkatnya kejahatan jalanan Kota Jogja di malam hari memaksa Kopyordinator untuk melaksanakan giat—meski terbatas—jauh lebih awal. Pukul 21:00 WIB, konvoi kecil relawan tiba di lokasi giat. Tanpa menunggu lama, tangga lipat segera dibuka, diikat ke tiang sisi timur yang akan dibersihkan. Untuk sisi barat, dua orang relawan memanjat atap ruang tunggu. Pembersihan di tiang sisi barat akan jauh lebih cepat karena dilakukan dua orang sekaligus.
 |
Giat dilaksanakan terbatas dengan peserta yang saling bergantian membersihkan tiang |
Giat yang berlangsung tak jauh dari gapura kampung Sagan menarik perhatian para petugas jaga piket portal. Mereka berterima kasih pada kawan Garuk Sampah yang rela datang jauh-jauh untuk membersihkan tiang di lokasi ini. Beruntung, di sudut gapura tersedia tong dan sabun cuci tangan sehingga memudahkan para relawan untuk tetap menjalankan protokol kesehatan yang berlaku.
Proses pembersihan berjalan sedikit lambat karena alat yang dibawa ternyata masih tumpul. Sesekali relawan yang naik berganti posisi setiap sepuluh menit untuk rehat, menarik nafas, dan meneguk air putih. Mas Kopyor membawa tali webbing. Diikatnya tali itu pada tiang PJU sisi barat dengan memanjat pundak salah seorang kawan Garuk Sampah. Setelah ikatan dipastikan kuat, Mas Kopyor duduk pada simpul ikatan tali-temali lalu memotongi satu per satu tali spanduk yang menjuntai.
 |
Pembersihan tiang PJU sisi timur menggunakan tangga lipat |
 |
Debu vulkanik letusan Merapi banyak terperangkap di dalam ikatan tali, berbahaya bisa masuk mata |
 |
Dua tiang dibersihkan di Sagan, perbatasan Kota Jogja dengan Kabupaten Sleman |
 |
Aktivitas giat tak jauh dari gerbang kampung menarik perhatian warga setempat |
 |
Kopyordinator mengikat tali webbing di tiang untuk mengamankan diri sewaktu pembersihan |
 |
Pembersihan tiang PJU sisi barat cepat selesai berkat dikerjakan dua relawan sekaligus |
Dua jam berselang, pembersihan tiang sisi barat selesai. Mas Kopyor dan kawan Garuk Sampah bersyukur pembersihan sukses. Sewaktu beranjak dan segera melepas tali webbing untuk diikat pada tiang PJU sisi timur, gerimis mulai melanda Sagan. Sepertinya ini adalah hujan lokal karena di sekitaran SPBU Sagan tidak terjadi hujan. Semakin deras, hujan efektif menghentikan upaya pembersihan tiang sisi timur yang sudah berlangsung separuh jalan. Alasan pembersihan ditunda juga mempertimbangkan banyaknya kabel jaringan yang terikat pada tiang PJU yang tengah dibersihkan.
Kopyordinator dan para relawan mengambil rehat sejenak sembari menanti hujan reda. Begitu reda, tali yang berhasil dibersihkan diikat menggunakan tali webbing untuk dibawa ke basis gudang Garuk Sampah. Rencananya, tali-tali ini akan disulap menjadi patung dekorasi yang akan diletakkan di area pedestrian Malioboro sebagai bentuk protes tidak langsung pada kinerja Pemerintah Kota Jogjakarta.