Blog ini sedang dalam masa pemeliharaan.

Tetap Berbagi, di Tengah Pandemi

Saat ini semua orang tentu terdampak oleh adanya pandemi. Namun semangat kawan-kawan basis MK Garage tidak surut untuk tetap berbagi.
Sebuah japri masuk ke grup basis.

Aku malah dikon bagekne sego e iki sore mengko’, Habib membuka pembicaraan.

Sebelumnya sore ini saya sudah siap mengosongkan jadwal untuk ikut pergi memancing bersama kawan-kawan basis di empang yang dimiliki adik kelasnya Jarpo di kampusnya dulu. Ya namanya juga anak-anak selo, agenda bisa berubah kapan saja secara mendadak. Fleksibel abis.

Aku sih yess ~ macak dokumentasi karo @JFJR’, sahut Jarpo.

Awalnya saya ingin naik motor saja karena puasa bikin lemes, saya jadi memasuki energy saving mode. ‘Tapi koe yo ngepit joh_-‘; ‘Koe ngepit yoan’ tapi sudah lebih dulu ditegur kawan-kawan. 😂

Selama ikut berkegiatan dengan kawan-kawan komunitas, saya memang jadi yang paling diandalkan untuk dokumentasi. Selain karena berani lebay untuk mengambil foto dari sudut teraneh, ponsel saya masih yang tercanggih diantara kawan-kawan. Meski dibilang tercanggih, perasaan hasil jepretannya pun biasa-biasa saja—mungkin saya perlu belajar banyak soal sudut pandang (point of view), khususnya dalam fotografi ponsel.

Riko menahan sepeda roda tiga supaya tidak bergerak sewaktu kotak diikat

Riko berpose dengan sepeda minion-nya

Sore pukul 16:00, saya tiba di basis, rupanya semua teman sudah berkumpul terlebih dahulu. Ibunda Habib memasukkan nasi-nasi bungkus ke dalam keranjang buah. Jumlah nasi bungkus yang dibagikan sebanyak tiga keranjang. Rupanya keluarga Habib baru saja syukuran. Karena di garasi MK hanya ada sepeda tinggi, onthel, dan fixie, akan susah membawa tiga keranjang ini. Beruntung Mas Tri W punya sepeda roda tiga dan sudah diambil Riko siang tadi. Tiga keranjang ditumpuk dan diikat tali. Basis MK siap berbagi.

Kami keluar dari pekarangan Museum Kereta. Sangat mudah menemukan calon orang yang akan diberi santapan berbuka di sini karena kondisi jalanan sangat ramai. Rute pembagian melewati Pasar Ngasem menuju Alun-alun Kidul.

Suparlan mengendarai sepeda onthel, satu generasi dengan dirinya

Rute melewati Pojok Beteng Wetan berbelok ke utara

Jalan Brigjen Katamso adalah sentra penjualan sparepart sepeda di Kota Jogja

Memasuki Simpang Ngupasan, satu keranjang takjil tersisa

Etape terakhir sebelum kembali ke basis untuk berbuka puasa

Jarpo dan Riko berpose di depan gerbang Balai Pemuda dan Olahraga DIY


Selama pembagian berlangsung, kamera ponsel saya dan Jarpo sudah siap sedia menyorot. Kami berdua sama-sama mengambil foto dan video. Sebenarnya ini adalah kali pertama saya merekam video menggunakan ponsel. Meski sudah upgrade ponsel dari Xiaomi Redmi 3S ke Samsung A70 pada September 2019 lalu, saya masih ragu dengan kemampuan ponsel merek Korea pabrikan Cikarang ini. Sempat kecewa berat karena kapasitas kameranya jauh di bawah ekspektasi saya. Biasanya saya gunakan GCam supaya kualitas jepretan makin baik, namun aplikasi modifikasi ini masih memiliki banyak bug sehingga tidak bisa merekam video. Terpaksa saya gunakan aplikasi kamera bawaan Samsung.

Bisa dibilang ini adalah kali pertama saya merekam video. Di aplikasi bawaan terdapat fitur stabilizer. Apabila diaktifkan, fitur ini akan merekam dalam resolusi 1920x1080 piksel. Oke, saya pakai ini saja dulu.

Rekaman pertama, saya kaget. Meski ada goncangan hebat karena sepeda melewati jalanan pavement, hasil rekaman cukup halus. Stabilizer digital dengan bantuan kecerdasan buatan memotong resolusi video supaya tidak terlihat bergoncang. Hasil rekaman pun cukup baik untuk sekadar konten media sosial. Oke, saya bersemangat untuk kali ini.

Pandemi efektif membuat jalanan Kota Jogja lengang

Riko dan Arfian, duo sejoli #sobatgabut saya sama-sama memiliki sepeda mini

Suasana jalanan Malioboro di awal-awal bulan Ramadhan 1441 H semasa pandemi


Pembagian takjil menyasar masyarakat yang terlihat membutuhkan di sepanjang jalan. Begitu Habib menghentikan laju si roda tiga, Riko dan Arfian membantu membagikan takjil. Para pengguna jalan pun segera menyerbu mereka berdua. Demi menghormati privasi orang, saya upayakan rekaman video tetap menunjukkan aktivitas berbagi tanpa menyorot wajah orang yang menerima takjil. Ya, ini soal etika dokumentasi. Maka tak heran kalau yang disorot adalah tubuh bagian bawah atau kaki-kaki orang dengan tetap menunjukkan keranjang buah.

Satu keranjang takjil sudah habis. Supaya ringkas tutup diletakkan di atas tumpukan keranjang. Rute sepeda berlanjut ke Plengkung Gading menuju Pojok Beteng Wetan. Lalu lintas Kota Jogja di sore hari sangat ramai, ada yang pulang kerja (walau hari Minggu), ada yang berolahraga, ada pula yang berburu takjil untuk berbuka. Pembagian dilanjutkan ke arah utara melewati Jln. Brigjen Katamso lalu berbelok ke Jembatan Sayidan. Di sini saya selalu menengok ke dalam toko-toko sepeda di kiri-kanan jalan. Ya, sampai sekarang Jln. Brigjen Katamso bisa dibilang sebagai sentra penyuplai suku cadang sepeda-sepeda rakitan di Jogja. Tiba di Jembatan Sayidan, rute melintasi Jln. Jagalan, berbelok ke barat melewati Kantor Gubernur DIY, lalu ke selatan kembali ke Alun-alun Utara melalui Jln. Malioboro.

Semoga aksi sederhana kami bisa menginspirasi siapa saja untuk tetap berbagi di tengah pandemi


Keranjang ketiga habis begitu Habib membagikan bungkusan terakhir di Jln. Pangurakan. Menanti buka puasa, kami membeli es buah untuk disantap di basis sewaktu azan berkumandang.
Cuma seorang pejalan yang gemar memaknai hubungan sosial.

Posting Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.