Meski Diguyur Hujan, Relawan Tetap Lakukan Giat di Dua Tempat
![]() |
Relawan berteduh di dalam pos polisi Simpang SGM sebelum giat dimulai |
Rabu (22/1) sore, langit Jogja terlihat kelabu. Ribuan orang berebut ruang jalan supaya segera tiba di singgasana. Menjelang petang, suasana Jogjakarta begitu syahdu dengan hujan gerimis yang mengguyur merdu kala itu.
Meski hujan mengguyur, beberapa relawan tetap berkumpul di Pos Polisi Simpang SGM. Sembari menunggu para relawan berkumpul, relawan berteduh di bawah tenda payung pos polisi. Guyuran hujan membuat suasana Jogja jauh lebih dingin. Beruntung ruang pos polisi SGM tidak dikunci, alhasil relawan yang datang lebih awal memilih berteduh di dalam sembari menonton televisi. Malam itu, tayangan salah satu televisi swasta nasional membahas mengenai kondisi peradilan di Indonesia yang tebang pilih. Ada inkonsistensi penegakan hukum pada kasus-kasus tertentu yang rupanya terkait erat dengan kelas sosial. Fenomena memprihatinkan pun menjadi sorotan masyarakat luas, termasuk relawan Garuk Sampah. Diskusi mengenai situasi ketidakadilan sosial pun tercipta sembari menunggu hujan reda. Giat dimulai pukul 20:00 tepat ketika 13 orang sudah berkumpul. Hujan memang belum sepenuhnya reda, namun hujan kremun tidak begitu membasahi tubuh.
![]() |
Bekti Maulana temukan puluhan sampah masker di dalam lubang |
Kawasan Simpang SGM relatif bersih sehingga giat cepat selesai. Awal mulanya para relawan menyisir ruang milik jalan ke arah utara (Jln. Kenari). Berhubung sisi barat jalan berbatasan langsung dengan pabrik susu formula, kondisi trotoar pun bersih dan pohon-pohon tidak jadi korban paku sampah visual. Namun sang kopyordinator Bekti Maulana begitu jeli mencari sampah. Dengan radarnya, sampah masker yang dimasukkan ke dalam lubang tancap lampu APILL digaruk. Masker-masker sekali pakai ini dijejalkan begitu saja, padahal seharusnya masker ini termasuk ke dalam sampah medis yang butuh penanganan khusus.
![]() |
Relawan melepas spanduk dengan tanpa menyentuh tiang listrik |
Selesai dengan arah utara, relawan bergerak ke timur (Jln. Kusumanegara) dan selatan persimpangan (Jln. Veteran). Di area ini hanya terdapat 4-5 spanduk yang dipasang melanggar perda. Berhubung beberapa spanduk ini terikat di tiang besi, relawan memilih merusak spanduk dan roundtag yang terpasang karena menghindari tersetrum. Apalagi hujan baru saja mengguyur.
![]() |
Salah satu relawan Garuk Sampah berbagi kudapan |
Giat di Simpang SGM berlangsung cepat begitu rombongan relawan dari Komunitas Sepeda Tinggi Museum Kereta tiba. Relawan pun memutuskan untuk menggaruk di lokasi lain. "Pindah Simpang APMD yo," seru Pak Kedung, veteran relawan yang masih aktif hingga saat ini.
Relawan segera konvoi menuju Simpang APMD melalui Simpang Balaikota. Terlihat di simpang ini, beberapa sampah visual kembali menempel pada bidang seng yang digunakan untuk menutup lahan kosong. Padahal, baru minggu lalu relawan membersihkan kawasan ini. Bandelnya para pelanggar serta lemahnya penegakan regulasi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta menyebabkan pelanggaran seperti ini terus-menerus akan terulang.
![]() |
Relawan Garuk Sampah membersihkan sampah visual di Simpang APMD |
![]() |
Kegiatan kerelawan memang bersifat sukarela, namun tidak sedikit relawan konsisten mengikuti giat Garuk Sampah |
![]() |
Dua pelanggaran lalu lintas dalam satu bingkai |
Tiba di Simpang APMD, relawan melakukan briefing sebentar di depan Gereja Advent. Setelah mendapatkan arahan, relawan bergegas menyerbu seng yang memagari sisi barat daya persimpangan. Di lokasi ini saja, relawan menggaruk penuh hampir 2 karung sampah. Seperti biasa, sampah-sampah even kampus-kampus di Yogyakarta mendominasi. Beberapa poster ditengarai even-even yang diselenggarakan sekolah menengah atas. Seharusnya mahasiswa dari perguruan tinggi di Yogyakarta memberikan contoh yang baik terhadap pelajar dengan jenjang pendidikan di bawahnya. Namun nyatanya kondisi yang terjadi adalah para mahasiswa/i kampus, terutama yang tergabung dalam kepanitiaan even, berlomba-lomba membuat publikasi usang yang merusak visual kota. Beberapa kali Garuk Sampah melayangkan surat protes ke kampus terkait, namun tidak jua memberikan efek jera baik terhadap pihak kampus maupun mahasiswa/i penyelenggara.
![]() |
Relawan berfoto sebelum akhirnya membubarkan diri |
Giat ke-252 ini ditutup dengan foto bersama di sisi timur laut Simpang APMD.
Posting Komentar