Trans Magelang, dan Solusi-solusi Lain untuk Komuter Masyarakat Urban

Dewasa ini, kebutuhan mobilitas masyarakat semakin tinggi. Kondisi ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan kebutuhan transportasi sebesar 5,52% antara Januari - September 2017 bagi masyarakat dengan pendapatan antara 1-2 juta rupiah, yang tentu juga terjadi pada masyarakat dengan kelas pendapatan di atasnya. Fakta ini turut didukung oleh catatan penjualan mobil oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dimana selama tahun 2017, sebanyak 1,079 juta unit mobil terjual. Angka ini meningkat tipis 1,6% dari tahun sebelumnya.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada perhatian serius bagi pemerintah baik pusat maupun daerah guna memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat dengan menyelenggarakan transportasi publik terpadu. Akibatnya masyarakat terpaksa memenuhi kebutuhan mobilitas mereka dengan melakukan kredit kendaraan bermotor. Problem berikutnya adalah pertumbuhan kendaraan pribadi yang tidak dibarengi dengan penambahan ruas jalan, terutama di daerah perkotaan. Alhasil, kemacetan sebagai dampak utama peningkatan pertumbuhan kendaraan pribadi akan menjadi pemandangan biasa. Dampak domino seperti meningkatnya polusi udara yang berimplikasi pada penyakit seputar pernapasan, kerugian ekonomi akibat macetnya logistik, juga kecelakaan lalu lintas akan lebih sering terjadi — kepolisian sebagai lembaga negara pun masih menerima suap pembuatan izin mengemudi tanpa melakukan uji kompetensi berkendara terhadap pemohon. Mau sampai kapan terus begini?

***

Mobilitas merupakan salah satu aspek penting dalam tata kota (Foto oleh Unsplash - Roman Koester)

Kondisi Magelang saat ini

Sebagai kota transit dan terletak sentral di Dataran Tinggi Magelang, Kota Magelang hampir mengalami kemacetan setiap harinya dengan kendaraan yang masuk dari berbagai arah. Pekerja komuter datang dari kabupaten, para pelintas dan barang logistik dari arah Jogja (tenggara), Kulon Progo (selatan),  Purworejo (barat daya), Semarang (utara), Salatiga (timur laut), Temanggung (barat laut), Solo (timur), dan Wonosobo (barat); baru beberapa diantaranya. Bagaikan lembah, kendaraan-kendaraan ini ‘mengalir’ bagaikan sungai dari berbagai arah dan berkumpul di tengah ngarai membentuk danau. Begitulah Kota Magelang sebagai kota persimpangan lalu lintas.

Saat ini konsentrasi kepadatan lalu lintas ada di simpang Canguk, simpang Pakelan, simpang Artos, dan simpang Menowo. Penyebab kepadatan di keempat simpang ini tidak lain karena pertemuan kendaraan dari berbagai arus yang berbeda. Minimnya pilihan jalan dan padatnya permukiman membuat opsi pelebaran dan pembuatan jalan baru cukup nihil untuk dilakukan. Belum lagi masalah ruang adalah masalah utama di kota ini. Maka opsi yang paling memungkinkan adalah mereformasi transportasi umum yang dapat dimulai dari pusat Kota Magelang lalu meluas hingga kabupaten. Opsi ini menjadi sangat urgen, mengapa?

Reformasi transportasi merupakan salah satu program utama yang harus segera dilakukan mengingat saat ini banyak masyarakat yang membutuhkan sarana transportasi andal untuk berpindah tempat. Ketika kebutuhan untuk berkomuter tidak terpenuhi, masyarakat pun terpaksa memenuhi kebutuhan primer ini dengan memiliki kendaraan pribadi—baik dengan mencicil maupun membeli kendaraan bekas. Padahal, terdapat beberapa konsekuensi ketika memiliki kendaraan pribadi, mulai dari pembayaran cicilan plus bunga (bila mencicil dan ada bunga cicilan), pengeluaran untuk bahan bakar, servis kendaraan, hingga pajak. Belum lagi untuk dapat mengendarai kendaraan tersebut, masyarakat diharuskan memiliki surat-surat kelengkapan identitas kendaraan dan izin mengemudi yang didapatkan dari kepolisian. Apabila tidak lolos seleksi tes mengemudi, masyarakat terpaksa menyuap petugas kepolisian yang mana melanggengkan pratik KKN. Oleh karena itu, diperlukan adanya transportasi yang andal dan ideal untuk menunjang kebutuhan mobilitas masyarakat, terutama untuk berkomuter.

Lalu bagaimanakah transportasi umum yang ideal bagi sebuah kota berpenduduk 120 ribu jiwa?

Dalam konsep SMART City yang bersamaan dengan hadirnya tren IoT (Internet of Things), implementasi kota cerdas pada bidang transportasi adalah adanya integrasi. Dibutuhkan solusi ITS (Intelligent Transportation System) yang dikolaborasikan dengan sistem tata kota berkelanjutan agar terwujud secara terpadu. Magelang sebagai kota transit sudah seharusnya menerapkan sistem transportasi yang cerdas pula. Dengan luas wilayah administratif yang tergolong kecil, bisa jadi Magelang sebagai site project percontohan pengembangan transportasi umum wilayah urban-rural yang bisa jadi direplika untuk dapat diterapkan di daerah lain. Jadi, konsep apa sajakah yang bisa diimplementasikan supaya Magelang memiliki sarana transportasi unggul yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya?

Pertama, harus memiliki sistem pembayaran terpadu

Kartu Kita Satu Magelang (Kita Sama) adalah kartu tunggal yang menggantikan kartu identitas (KTP) dan kartu-kartu bantuan sosial yang dapat digunakan untuk mengakses pelayanan publik dan pemerintahan yang ada di Kota (dan kabupaten, segera) Magelang. Kartu ini terintegrasi dengan layanan perbankan di Bank Magelang sehingga mudah untuk diisi ulang sesuai dengan keanggotaan bank nasional yang dimiliki. Dalam penggunaannya untuk transportasi, Kartu Kita Sama membedakan para pengguna moda transportasi umum berdasarkan status di dalam masyarakat untuk menentukan biaya berlangganan bulanan. Misalnya, untuk masyarakat umum dikenakan Rp. 100.000/bulan; sedangkan pelajar dan mahasiswa cukup Rp. 50.000/bulan saja. Untuk anak dengan umur di bawah 10 tahun gratis dengan menunjukkan KTP Anak. Lalu masyarakat umum yang bekerja sebagai buruh atau mendapatkan bantuan sosial, cukup berlangganan sebesar Rp. 70.000/bulan. Tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk setiap jenis langganan. Pada prakteknya pemoda akan mendapatkan kredit perjalanan dengan batasan tertentu, baik pembatasan perjalanan harian—perjalanan bulanan, maupun pembatasan penggunaan per jenis moda. Atau yang lebih baik lagi, tidak perlu ada pembatasan sama sekali. Dengan tidak adanya pembatasan, transportasi umum akan menjadi salah satu opsi untuk melakukan mobilitas geografis.

Ilustrasi contoh Kartu Kita Sama


Bagi para wisatawan atau bukan Warga Kota Magelang yang ingin mengeksplorasi kekayaan budaya baik di kota maupun kabupaten (bila layanan diizinkan berekspansi), bisa membeli kartu trip ‘Dolan ing Magelang’ atau DI Magelang. Kartu ini bisa didapatkan di terminal, tempat wisata populer, atau halte-halte dan toko dengan berbatas waktu penggunaan (Misal: Rp. 5.000 untuk 1 hari, Rp. 12.000 untuk 3 hari, Rp. 20.000 untuk 5 hari, dan Rp. 25.000 untuk 7 hari).

Lalu, menyelenggarakan transportasi yang cocok dengan Magelang

Meskipun hanya kota kecil, Magelang bisa menyelenggarakan layanan transportasi publik dengan wujud bus bernama Trans Magelang (TM). Bus ini adalah bus kota pada umumnya namun menggunakan sistem bus rapid transit (BRT). Dengan menggunakan tenaga listrik dari baterai, untuk dapat menggunakan jasa layanan BRT ini, masyarakat cukup melakukan tap-in kartu Kita Sama atau DI Magelang yang terletak di pintu masuk halte bus guna memvalidasi eligibilitas pengguna (kredit perjalanan).

Mengapa BRT? Karena Trans Magelang tidak seperti layanan bus swasta pada umumnya. Trans Magelang memiliki lajur khusus dan komprehensif supaya dapat memenuhi timetable dan headway yang telah ditentukan, armada bervariasi mulai dari low deck (untuk perjalanan dalam kota di jalan arteri) hingga high deck (perjalanan antar kota) dan double deck (kawasan wisata), memiliki halte khusus dengan penjelasan rute dan koridor, signage yang jelas, memiliki karakteristik laiknya tram, dan dikelola oleh badan usaha khusus. Pemerintah daerah memang dilarang untuk menyelenggarakan usaha, namun dapat membentuk suatu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengelola pelayanan publik yang satu ini. Misalnya dengan membentuk BUMD dengan nama PT. Cipta Sarana Transportasi Terintegrasi Magelang (CSTTM).

Untuk pengadaan armada, Pemerintah Kota dapat menggunakan anggaran dari APBD Kota Magelang, investasi swasta, CSR, dan/atau bantuan dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Armada yang dipesan pun diproduksi dari dalam negeri supaya dapat memajukan industri karoseri lokal. Dalam pengelolaan armada, Trans Magelang tidak mengurus sendiri melainkan bermitra dengan perusahaan otobis (PO) di bidang pelayanan transportasi yang ada di Kota (dan Kabupaten bila disetujui untuk diekspansi pelayanannya ke kabupaten) Magelang. PT. CSTTM hanya menyediakan halte, charging point, sistem dan manajemen bus listrik, dsb.

Kemitraan dilakukan bersama PO bus yang ada. Dengan konsep economy sharing ini tentu supaya Trans Magelang tidak menyaingi pemain swasta dengan landasan nota kesepahaman. Pengelolaan armada dilakukan oleh PO, pegawai Trans Magelang pun berasal dari sana dan supir angkutan yang tergabung dalam Organisasi Angkutan Darat (Organda). Akan ada pelatihan guna peningkatan kualitas SDM pegawai dengan seperangkat prosedur standar operasional, petunjuk teknis, dan petunjuk pelaksanaan untuk menghadapi situasi tertentu. Saat ini angkutan perkotaan (angkot) di Kota Magelang menggunakan armada yang sudah usang, tidak cukup laik jalan, dan tidak memenuhi standar keamanan.

Jalur 10 Trans Magelang sama dengan jalur 10 trayek angkot sebelumnya


Setidaknya ada 4 jenis layanan yang bisa diterapkan pada Trans Magelang:

a. Trans Magelang Reguler
Layanan reguler Trans Magelang beroperasi selama 16 jam per hari (mulai dari pukul 05.00 s/d 21.00). Khusus hari Sabtu, pelayanan sampai pukul 23.00. Pelayanan dilakukan dengan dua shift kerja pegawai pada hari biasa selama masing-masing delapan jam, dan tiga shift selama masing-masing enam jam khusus hari Sabtu.

Supaya tidak membingungkan masyarakat umum pada proses transisi kebijakan angkutan perkotaan (angkot) ke Trans Magelang, maka pelayanan Trans Magelang akan menggunakan jalur eksisting angkot yakni dengan 12 jalur. Pada jalur-jalur utama, Trans Magelang reguler menggunakan bus besar tipe low deck supaya ramah difabel. Untuk jalur-jalur yang melewati kawasan permukiman padat dan jalanan sempit, akan digunakan bus ukuran medium (3/4) low deck hingga minibus.

b. Trans Magelang Eksplorer
TM Eksplorer adalah armada khusus wisata luar kota dengan pelayanan yang tentatif. Trans Magelang Eksplorer melayani masyarakat pada musim-musim liburan dan akhir pekan dari Terminal Interlokal dan Terminal Tidar ke lokasi-lokasi wisata di daerah sejauh radius maksimal 200 kilometer dari Kota Magelang. Seperti misalnya pada musim libur semester, Trans Magelang Eksplorer beroperasi dari Terminal Tidar dengan tujuan pantai-pantai Gunung Kidul tanpa berhenti sebelum tiba di tujuan wisata. Keberangkatan dilakukan pada pukul 08.00 dan kembali dari pantai pukul 15.30 WIB.

c. Trans Magelang Direct
Melayani penumpang dengan tujuan kota-kota di sekitar Magelang, seperti Semarang dan Yogyakarta. Trans Magelang Direct beroperasi dari Terminal Tidar, dan terminal-terminal besar di Kabupaten Magelang. Layanan ini tidak melakukan penaikan dan penurunan penumpang sebelum tiba di terminal kota-kota tetangga. Misalnya Trans Magelang Direct Semarang berangkat dari Terminal Secang. Bus ini melakukan perjalanan secara langsung tanpa berhenti (PATAS) hingga tiba di Terminal Terboyo, Semarang. Jumlah penumpang pun disesuaikan dengan jumlah kursi yang ada.

d. Trans Magelang Bandara
Bekerjasama dengan Perum Damri, Trans Magelang dapat melakukan ekspansi pelayanan langsung dari bandara terdekat dari Kota Magelang. Ada tiga bandara terdekat, yakni Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Bandara Internasional Kulon Progo DIY, dan Bandara Internasional Adi Soemarmo Surakarta. Keberadaan Trans Magelang Bandara ditujukan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat yang ingin melakukan perjalanan menuju maupun kembali dari bandara. Bus yang digunakan didesain khusus untuk ke bandara dengan rak tas dan koper guna memuat barang bawaan yang banyak.

e. Ayo Sekolah!
Salah satu pelayanan ekstensif dari Trans Magelang yang beroperasi hanya pada pukul 06.15 s/d 07.15 dan pukul 14.30 s/d 16.00. Bus ber-livery khusus berwarna kuning keemasan ini disediakan sebagai armada tambahan dan khusus bagi para pelajar SD-SMP-SMA. Hal ini dikarenakan guna mengurai kepadatan di pelayanan Trans Magelang Reguler dan memberikan kenyamanan pada para pelajar. Dengan adanya armada Ayo Sekolah!, diharapkan akan ada interaksi antar pelajar yang berasal dari instansi pendidikan berbeda sehingga saling mengenal.

Tram bisa diterapkan pada jalan arteri di Kota Magelang sebagai daya tarik wisata (Foto oleh Unsplash - Mika Baumeister)

Punya tram? Kenapa tidak?

Seperti slogan yang digunakannya, Tidar Tram bukanlah transportasi yang ditujukan bagi pengguna yang memiliki keterbatasan waktu. Tidar Tram sendiri adalah transportasi berbasis rel pada umumnya yang akan menggunakan porsi ruang (jalur) di jalan kota, menghubungkan destinasi-destinasi wisata, kawasan central business district (CBD) Kota Magelang, serta kantor-kantor pemerintahan. Pengadaan tram sendiri dilakukan supaya dapat mengangkut penumpang dengan kapasitas yang besar. Tidar Tram akan menggunakan kecepatan antara 40–60 km/jam dan dapat digunakan bagi siapa saja yang memiliki kartu Kita Sama dan DI Magelang.

Tidak ada spesialisasi layanan Tidar Tram laiknya Trans Magelang. Kereta jalanan ini akan berhenti di halte-halte yang telah ditentukan dan terdiri dua jalur untuk loop line dan reverse line. Fasilitas halte meliputi tempat tunggu teduh ramah difabel, papan informasi rute dan kiosk (untuk isi ulang saldo Kita Sama/DI Magelang), serta parkir sepeda (sebanyak 10–20 slot).

Dalam pembangunannya, Pemerintah Kota Magelang bisa mencoba bernegosiasi dengan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Persero sebagai BUMN yang bergerak dalam industri transportasi berbasis rel, atau dengan membuat kompetitor. Tidar Tram tentu akan menggunakan Sub Terminal Kebonpolo sebagai depo tram yang notabene juga merupakan tanah milik PT. KAI. Jalur yang diprioritaskan untuk dibangun akan mengikuti arus komuter masyarakat di ruas-ruas jalan semi padat dan kawasan wisata yang akan dibarengi dengan kebijakan pelarangan pelat hitam untuk beroperasi.

Pemerintah daerah bisa menyediakan layanan sewa sepeda dan skuter listrik untuk opsi mobilitas (Foto oleh Unsplash - Daniel Von Appen)

Membudayakan Sego Segawe

Merupakan layanan persewaan sepeda di Kota Magelang yang tersedia di banyak tempat umum: dari hotel, pasar, hingga instansi pendidikan. Untuk mulai menggunakan sepeda, pengguna harus memiliki kartu Kita Sama (untuk Warga Kota) maupun kartu Dolan Ing Magelang dulu (untuk wisatawan). Setelah memiliki kartu, pengguna cukup menempelkan kartu tersebut pada alat pemindai untuk membuka kunci sepeda yang dipilih. Berbeda dengan Trans Magelang dan Tidar Tram, penggunaan layanan Biko tidak akan mengurangi (dan tidak ada alokasi khusus) kredit perjalanan para pengguna sehingga bisa digunakan sepuasnya.

Mengadopsi sistem yang digunakan di luar negeri, para pengguna layanan Biko dapat meminjam dan mengembalikan sepeda di stasiun mana saja. Proses tap digunakan untuk membuka dan mengunci sepeda pada slot parkir sepeda yang ada di stasiun. Sepeda yang disediakan pun sudah memiliki pelacak (GPS tracker) dan terintegrasi dengan Magelang Command Center (PKM) sehingga dapat mengetahui posisi aset bergerak milik publik yang dikelola pemerintah kota ini.

***

Akhir kata, sebenarnya jika pemerintah serius, maka solusi transportasi berkelanjutan dapat terwujud. Beberapa solusi yang penulis paparkan barulah konsep kasar yang akan jadi lebih baik lagi apabila diberi masukan melalui kritik dan saran.