Icip-icip Kuliner Masyarakat Osing Banyuwangi
Walau sebenarnya masih bagian dari pulau Jawa, Banyuwangi rupanya memiliki beberapa kuliner yang sedikit nyentrik dan berbeda dengan Jawa Timur lainnya. Lokasinya yang sedikit terisolasi — di ujung timur, berbatas laut di timur dengan deret pegunungan di baratnya — mungkin inilah yang membuat Banyuwangi memiliki sedikit variasi kuliner. Lalu, apa saja kuliner dari kota berjuluk Sunrise of Java yang berhasil saya icip waktu bertandang pada akhir Januari lalu?
***
Sego Tempong (9.2/10, sangat direkomendasikan)
Adalah kudapan siang di hari pertama saya. Sego Tempong sendiri adalah nasi yang disajikan dengan banyak rebusan sayur yang diguyur sambal mentah segar. Sebenarnya tidak diguyur juga sih, hanya saja sambal di sini sudah seperti bagian dari lauk karena porsinya besar. Rebusan sayur yang menjadi pelengkap kuliner tradisional favorit saya ini diantaranya daun kemangi, kacang panjang, bayam, dan lauk pilihan seperti telur dadar (menu pilihan saya). Mau lauk lain? Bisa. Mulai dari ayam hingga ikan goreng, pepes ikan, telur, cumi, sampai ati ampela juga ada. Walau secara istilah /tem-pong/ artinya menampar (bahasa Osing), bagi saya sendiri sambal pada Sego Tempong kurang begitu pedas. Penggunaan tomat, terasi, dan jeruk nipis pada sambal mungkin mengurangi kadar pedas dalam sambal ini.
Waktu paling enak untuk santap Sego Tempong adalah saat mendung atau hujan. Subjektif memang, karena Sego Tempong di kedai ini disajikan dengan nasi hangat. Alhasil, lawannya adalah hawa dingin dong. Habis berapa untuk sekali makan? Murah kok, seporsi Sego Tempong berlauk telur dadar cuma 12.000 IDR saja. Beli dimana? Warung makan yang dikenal legendaris oleh masyarakat sekitar, Sego Tempong Mbok Wah.
***
Rujak Soto (8.2/10, sangat direkomendasikan)
Pernah membayangkan makan rujak yang notabene sayur-sayuran mentah dikuahin? Ditambah lontong juga? Saya sendiri sebenarnya belum pernah kepikiran, ‘Bisa-bisanya ada kuliner kayak gini di dunia ~’ 😆
Rujak Soto merupakan salah satu kuliner akulturasi khas Banyuwangi. Soto yang dijadikan campuran sendiri biasanya tergantung selera, ada yang menggunakan daging, ada yang babat juga berbahan dasar cingur. Di Banyuwangi, saya menyantap Rujak Soto disaat hujan mengguyur petang hari. Sebenarnya rasanya kurang cocok sih, lebih enak mungkin disantap pada siang hari.
![]() |
Salah satu kuliner Banyuwangi yang benar-benar unik |
![]() |
Saya masih tidak menyangka rujak bisa dijadikan bahan dasar soto |
Pada penyajiannya, biasanya rujak dibuat terlebih dahulu dan diletakkan di bagian dasar penyajian (mangkok). Setelah rujak tersaji, barulah soto diguyur di atasnya. Terakhir, taburan bawang goreng, telur asin, dan emping jadi pelengkap pilihan. Perpaduan antara rujak dan soto — sepanjang pengicipan saya, rupanya cocok juga yah. Meskipun, dalam satu porsi Rujak Soto benar-benar membuat saya kekenyangan.
Beli dimana? Warung Mbok Tatik. Harga seporsinya? Terakhir saya berkunjung 15.000 IDR.
***
Sego Cawuk (7.9/10, direkomendasikan)
Awalnya saya tidak tahu kuliner apa ini. Inisiatif Hanafi untuk mencari tahu kuliner khas Banyuwangi telah mempertemukan kami pada satu rumah mungil di salah satu sudut kota. Bangunan setinggi dua meter, beratap seng, dan berdinding kayu yang sekaligus menjadi singgasana keluarga kecil disulap menjadi warung makan dengan ruang tamu sebagai ruang makannya. Sego Cawuk sendiri adalah kuliner sedikit berkuah yang lazim dimakan menggunakan tangan. Kuahnya sendiri berbahan dasar parutan kelapa muda yang dicampur jagung muda bakar dan timur, serta dibumbui cabai, bawang-brambang, serta sedikit asam jawa. Perpaduan bumbu-bumbu tersebut membuat kuah Sego Cawuk terasa masam-gurih-segar. Menu lauk pilihan pendamping Sego Cawuk biasanya sambel pindang, pepes ikan laut, pelas, dendeng, hingga kikil.
![]() |
Sego Cawuk khas Banyuwangi |
Bagi masyarakat Banyuwangi, Sego Cawuk rupanya belum begitu dikenal. Varian kuliner yang satu ini memang masih tergolong baru sehingga masih sedikit penjualnya. Oiya, untuk mencicipi Sego Cawuk, siap-siap saja untuk bangun pagi karena warung mulai buka pukul 05.30 dan biasanya belum jam 07.00 semua porsi sudah ludes terjual.
***
![]() |
Sebenarnya kurang tega makan pitik (ayam muda), hehe |
Pecel Pitik (7.6/10, direkomendasikan)
Kuliner khas Banyuwangi yang terakhir saya cicipi pada Januari lalu adalah Pecel Pitik. Makanan yang umumnya disajikan oleh Suku Osing pada saat selamatan ini menggunakan ayam kampung muda sebagai bahan utamanya. Ayam yang disembelih kemudian dicuci sebelum kemudian dipanggang pada perapian secara merata. Pembakaran memang dilangsungkan secara tradisional supaya dapat mempertahankan citarasa yang sudah turun-temurun dijaga. Pada salah satu kedai makan yang kami temui di Jln. Letjen S. Parman, Banyuwangi, Pecel Pitik disajikan bersama parutan kelapa yang sudah dibumbui gurih-pedas, sayur pecel, disertai pelengkap sayur kuning (tahu) dan sambel ijo. Ada aturan khusus untuk menyantap kudapan yang satu ini: dilarang menggunakan pisau.
***
Ya itulah empat kuliner khas Banyuwangi yang sempat saya cicipi. Memang masih ada banyak kuliner setempat yang belum sempat saya coba — tahu walik, ayam betutu, dua diantaranya. Jadikanlah kuliner yang belum sempat saya kecap itu sebagai eatlist berikutnya, semoga. 😃
Posting Komentar