Melawan Karang Nguyahan, Menanti Senja Ngobaran

Tergolong pantai yang cukup ekstrem di Gunungkidul karena ada larangan untuk berenang di area tertentu.

Saya tidak ingat pasti, entah apa-apa saja yang telah kami lalui setelah menyambangi Gunung Api Purba Nglanggeran. Beberapa bagian yang saya ingat: hujan deras di Playen berganti cerah terik di Paliyan. Sepanjang perjalanan saya lebih memilih membunuh waktu dengan tidur bersama enam travelmate saya. Meskipun jalan berliku-liku, mulusnya aspal Gunungkidul ditambah empuknya bantal leher menyihir saya untuk terlelap.

Dan sekarang, saya dihadapkan dengan lautan luas Samudera Selatan dengan ombak ganasnya yang hancur teratur di sepanjang garis pantai. Iklim yang terganggu membuat langit berselimut awan putih merata walau seharusnya sekarang sudah masuk musim kemarau. Meski begitu, panas terik matahari di baliknya tetap menghangatkan saya yang tengah bermanja-manja tidur setengah berendam.

Pantai ini hampir bisa dikatakan sebagai ‘pantai pribadi’. Lokasinya yang sedikit tersembunyi, bersebelahan dengan Pantai Ngobaran, dan terletak jauh dari pantai-pantai populer lainnya membuat Nguyahan menjadi pantai yang cukup tepat untuk menyendiri. Beberapa toko — atau lebih tepatnya petak warung, menyediakan aneka makanan yang tidak asing bagi pengunjung. Beberapa kawan saya memilih berbincang santai sambil menyantap bakso dan mie ayam mereka.

Saya memejamkan mata, menikmati gema debur ombak yang berusaha mencapai bibir pantai. Bau asin menyengat khas pantai pun tidak begitu mengena karena hempasan angin laut yang kuat.

Dua orang petugas tim SAR dengan seragam oranye andalan mereka tengah bermain body surfing. Mereka membawa papan karet itu menjauh dari bibir pantai, melawan hantaman ombak yang datang. Setelah jarak sudah cukup jauh, keduanya menanti ombak terbaik untuk menghantarkan mereka kembali ke bibir pantai. Sekian puluh detik berlalu, mereka menemukan ombak terbaik mereka. Ombak itu bergulung tinggi. Begitu ombak menyentuh betis, mereka segera mengayunkan badan searah ombak beralaskan papan handplane. Sepuluh detik kemudian mereka mencapai bibir pantai dengan anggunnya.

Cuaca berubah cepat antara mendung, gerimis, dan cerah

***

“Kayaknya seru mas Don!” ujar saya ke Doni Suprapto, travelmate kali ini.

“Yaudah coba tanya Jun, berapa biaya sewanya.”

Saya beranjak menghampiri sekumpulan ibu-ibu di pendopo kecil itu. Mereka sedikit bergurau meski pantai sepi pengunjung. “Berapa bu sewanya?” Lalu si ibu menerima rupiah ungu saya.

Papan bodysurfing disewakan di Pantai Nguyahan

Jam menunjukkan pukul 13.00 menandakan sudah satu jam kami berada di pantai ini. Saya dan Farizan menjajal papan setinggi 1,25 meter ini. Tidak begitu berat untuk membawanya. Kami berjalan melewati batu karang halus karena teramplas ombak. Beruntung, pantai ini bebas dari bulu babi.

Disini udah cukup kali ya,’ gumam saya melihat sekitar.

Seorang anak -mungkin seumuran anak SD- menyusul kami dengan handboard yang sama. Tangan mungilnya dengan kuat mendorong tubuhnya melawan ombak-ombak kecil yang melawannya. Sepertinya, dia ingin menantang ombak juga.

Dalam hitungan detik setelah anak itu tiba, ombak terbaik datang. Saya segera mengikat papan ke tangan kanan saya.

Tiga, dua, satu...

Sepersekian detik saya merobohkan tubuh beralaskan handboard ini, meluncur dengan cepatnya menuju bibir pantai. Namun...

‘Aduduh,’ tubuh saya terantuk bebatuan karang. Seketika ada guratan merah di punggung. Cuma memar sedikit.

Sepertinya berat tubuh saya membuat surfing kali ini gagal. “Atau guenya aja yang kurang seimbang? Toh si mas-mas tim SAR badannya lebih gede gitu bisa aja sampai,” gerutu saya. Anak tadi pun tiba di pantai dengan santainya, lalu kembali lagi ke tengah laut. Duh enaknya punya tubuh mungil begitu...

Patung-patung menghadap laut selatan

Terdapat anjungan untuk menikmati laut di Pantai Nguyahan


Menanti senja di Pantai Ngobaran

Pantai Nguyahan—meskipun baru pertama kali menyambanginya—sudah menjadi pantai primadona bagi saya. Selain letaknya berada di pesisir barat Gunungkidul yang notabene lebih dekat dan namun sepi, tidak adanya sinyal dari operator apapun membuat saya betah berlama-lama disini.

Foto ala-ala foto stok berlatar pantai